The Opportunity Loss

Diposting oleh Bunda Naufal di 19.33

Rabu, 04 Februari 2009

Dalam hidup sehari-hari, kondisi opportunity loss sesungguhnya banyak terjadi. Namun kita tak menyadari bahkan cenderung tak peduli pada soal ini.
Ketika Rasulullah SAW bersabda: “Ingatlah lima: sehat, kaya, muda, waktu luang dan hidup, sebelum datangnya lima: sakit, miskin, tua, sibuk dan mati. Sesungguhnya Rasulullah SAW tengah mewanti-wanti kita opportunity loss, hilangnya kesempatan membukukan banyak amal sholeh dan memperoleh pahala lewat manajemen waktu yang baik. Namun, betapa banyak waktu kita nyatanya habis tergerus kelalaian hingga peringatan Rasulullah akhirnya terbukti? Keburu sakit, miskin, tua, sibuk atau terlanjur mati.
Kesempatan shalat malam misalnya, datang setiap hari. Tak banyak, hanya sepertiga dari waktu malam, hingga subuh menjelang. Namun, sebagian besar kita secara sadar lebih memilih asyik dibuai mimpi. Secara kasat mata memang tak ada yang dirugikan, tak berdosa pula, karena shalat malam” hanyalah” ibadah sunnah. Namun, mengingat janji Allah yang begitu besar pada mereka yang menunaikan shalat malam : diberi ampunan dan dikabulkan segala do’a nya maka melewati hari tanpa shalat malam sesungguhnya opportunity loss.
Begitu pula, membaca Al qur’an, yang bisa dilakukan setiap saat. Sehabis shalat, dikendaraan umum atau disaat menunggu antrian di ruang tunggu dokter. Selembar dua lembar, tak jadi soal. Mudah, dan sama sekali tak ada paksaan. Tetapi, betapa seringnya kita abaikan, karena kehilangan kesempatan mendapatkan 10 hingga 1000 kali lipat kebaikan dari setiap satu huruf Al qur’an yang kita baca.
Pergi berhaji tak bisa terjadi setipa kali. Begitu pula kesempatan berjihad di jalan Allah. Namun, kesempatan untuk menebar senyum, berlapang dada, meminta maaf, mengulurkan sedekah, hingga meninggalkan kegiatan dan perkataan yang sia-sia datang menghampiri setiap hari. Tinggal kita membuat pilihan: meraih kesempatan berharga ini untuk membukukan amal shaleh atau lagi-lagi menumpuk catatan opportunity loss dan menjadi manusia merugi.
Wallahu’alam bishawab.

0 komentar: